Friday, August 3, 2007

Farewell!!!

Bagaimana jika tiba-tiba pasokan darah ke suatu bagian di otak terganggu? Kurangnya aliran darah dalam jaringan otak menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Itulah definisi Stroke yang popular dengan sebutan Serangan Otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, "serangan jantung". Di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005), Stroke adalah penyebab kematian ketiga. Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang si penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau mungkin udara.
Yang terjadi pada dosen saya adalah faktor pertama. Stroke telah merenggut nyawa beliau. Saya benar-benar dikejutkan dengan berita kepergiannya. Adalah Bapak Eddy Surtana, M.Pd., seorang dosen di STKIP PGRI Sukabumi yang telah berpulang ke Rahmatullah pada hari Sabtu malam 30 Juni 2007. Kami dipertemukan dua tahun lalu ketika saya mengikuti Program Akta Mengajar (Akta IV) di STKIP Sukabumi. Mengenang beliau, saya jadi teringat buku yang ditulis oleh Bang Dani Ronnie, berjudul Don’t be a Teacher Unless You Have Love to Share. Saya mengenal Bapak Edy Sutarna, M.Pd. sebagai pribadi yang bersahaja, sangat paham dengan keadaan mahasiswanya, mengajar dengan sungguh-sungguh, dengan hati yang tulus. Ya, menurut saya, beliau mengajar dengan hati dan hati-hati dalam bertutur-kata.
“Kamana wae?” Begitulah sapaannya setiap saya memasuki ruang kelas. Beliau mengajar setiap hari Jumat, dan saya hapal sekali dengan pertanyaannya tersebut. Maklum, saya sering datang tidak tepat waktu karena tiap Jumat saya harus menunaikan tugas mengajar hingga pukul tiga sore di sekolah. Kalau sudah ditanya demikian, paling-paling saya nyengir. karena Beliau sudah tahu jawaban saya.
Pernah suatu hari saya pulang kuliah bersama dua teman saya, Bu Ita dan Bu Murni, berkesempatan mengantar beliau ke Al Masturiyah karena beliau ‘ada jam’ di sana. Sepanjang jalan kami semua terlibat dalam obrolan yang serius tapi santai. Beliau, yang juga seorang Psikolog, tahu betul apa yang kami pikirkan dan beliau memberikan solusi serta saran terhadap apa yang kami hadapi. Sungguh, yang saya dan teman-teman saya dapatkan adalah nasehat dari seorang bijak.
Hal-hal yang membuat saya menyesal adalah, pertama, ketika saya diberitahu oleh teman pada Ahad pagi melalui pesan singkat, saya sedang menuju rumah di Cikarang untuk berlibur ke tempat suami bekerja, dan pada waktu itu perjalanan sudah hampir sampai tujuan, sehingga saya tidak bisa melayat beliau di Sukabumi. Yang kedua adalah, saya belum sempat “sowan” lagi ke rumah beliau sejak tamat dari program Akta Mengajar. Saya mempunyai rencana untuk menemui beliau saat Idul Fitri tiba tahun ini. Tetapi sekali lagi, semua itu tidak mungkin lagi, kecuali menemui beliau di pusaranya. Berpikir dua hal itulah saya tak kuasa menahan tangis, menetes juga airmata saya…dalam hati saya berdoa agar beliau tenang berada di sini Allah SWT. dan semoga segala amal ibadah beliau diterimaNya. Aamiin!
Mengambil hikmah dari semua ini, saya berpikir bahwa, jika kita mempunyai niat baik, segeralah laksanakan sebelum kita menyesal. Seperti yang saya alami. Saya menunda-nunda, menimbang-nimbang saat yang tepat untuk bertemu beliau hingga akhirnya saya tidak menemukan apa-apa selain pusaranya. Stroke bisa membawa beliau pergi untuk selama-lamanya. Namun demikian, kenangan diajar beliau tidak akan pernah hilang selama-lamanya.

Farewell! Selamat Jalan Pak Edy! Selamat Jalan My Great Teacher (read: Great Lecturer)! Doa kami senantiasa mengiringimu…Wassalaam.